~INI ADALAH HASIL KKP ANA PPISMP 2.04 IPG KPI ( ANALISA JUZ AMMA)~
Tafsir Al-ma’un
TAFSIR SURAT AL-MA’UN
Surah ke – 107 : 7 ayat
A. Pendahuluan
Surah ini diturunkan di
Makkah sesudah surah at-Takatsur.Nama surah ini diambil dari kata al-Ma’un yang
diambil pada ayat terakhir. Menurut etimologi, al-Ma’un berarti banyak harta,
berguna dan bermanfaat, kebaikan dan ketaatan , dan Zakat.Surah ini menggambarkan orang yang tidak
mau membayar zakat dan tidak mau pula berinfaq untuk membantu fakir miskin.
Allah mengancam orang yang mempunyai banyak harta tetapi tidak mempunyai
kepedulian social.
Kata-kata Arab "al-Ma'un"
yang merupakan ujung surat dan menjadi nama suratnya dijelaskan oleh Muhammad
asad, berdasarkan berbagai tafsir klasik,sebagai "comprises the small
items needed for one'sdaily use, as well as the occasional acts of
kindnessconsisting in helping out one's fellow-men with such item. In its wider
sense, it denotes "aid" or "assistance" in any difficulty"
(... kata-kata"al-ma'un" mencakup hal-hal kecil yang diperlukan
orangdalam penggunaan sehari-hari, juga perbuatan kebaikankala-kala berupa
pemberian bantuan kepada sesama manusiadalam hal-hal kecil tersebut. Dalam
maknanya yang lebihluas, kata-kata itu berarti "bantuan" atau
"pertolongan"dalam setiap kesulitan ).
ارءيت الذي يكذب باالدين * فذالك الذي يدع
اليتيم *
ولا يحض على طعام المسكين * فويل للمصلين *
الذين هم عن صلاتهم ساهون* الذين هم يراءون*
ويمنعون الماعون *
Artinya : ( 1 ) Tahukah kamu ( orang ) yang
mendustakan agama?
( 2) Itulah orang yang menghardik anak yatim, ( 3 ) dan
tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. ( 4 ) maka celakalah bagi orang
yang sholat ( 5 ) ( yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, ( 6 ) orang
yang berbuat riya, ( 7) dan enggan ( menolong dengan ) barang yang berguna.
B. Asbabul Nuzul
Adapun sebab turunya
surah ini ialah berkenaan degan orang-orang munafik yang memamerkan shalat
kepada orang yang berirman; mereka melakukan shalat dengan riya’, dan
meninggalkan apabila tidak ada yang melihatnya serta menolak memberiakn bantuan
kepada orang miskin dan anak yatim ( Riwayat ibnu Mudzir ).
C. Tasir
Surah ini diawali dengan
kalimat tanya untuk menarik perhatian pembacaanya. Kemudian
Allah SWT sendiri yang menjawab pertanyaan tersebut satu per satu.
Tujuanya ialah agar pembaca benar-benar memperhatiakn dan meresapi makna yang
terkandung di dalamnya.Biasnya setiap ayat yang didahului dengan pertanyaan
mengandung nilai yang sangat penting untuk segera dipahami dan diamalkan.
Pertanyaan yang paling prinsipil ialah “ siapakah pendusta agama ? “ maka
jawabanya segera disusul setelah pertanyaanya. Ayat selanjutnya menjawb secara
lugas bahwa pendusta agama ialah orang yang tidak mau menyantuai anak
yatim.Ciri berikutnya ialah orang yang tidak mau menyeru untuk dana dan makanan
supaya diberiakn kepada orang miskin.
Ustadz M Quraish Shihab dalam Tafsir
Al-quran Al karim menyatakan paling tidak ada 2 hal yang patut disimak dalam
ayat 3 surat ini. Pertama ayat tersebut tidak berbicara tentang kewajiban
”memberi makan” orang miskin, tapi berbicara ”menganjurkan memberi makan”. Itu
berarti mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun dituntut pula untuk
berperan sebagai ”penganjur pemberi makanan terhadap orang miskin” atau dengan
kata lain, kalau tidak mampu secara langsung, minimal kita menganjurkan
orang-orang yang mampu untuk memperhatikan nasib mereka. Peran ini sebenarnya
bisa dilakukan oleh siapapun, selama mereka bisa merasakan penderitaan orang
lain. Ini berarti pula mengundang setiap orang untuk ikut merasakan penderitaan
dan kebutuhan orang lain, walaupun dia sendiri tidak mampu mengulurkan bantuan
materiil kepada mereka.
Anak-anak
yatim dan faqir miskin adalah bagian dari kelompok masyrakat yang sangat
dicintai oleh Rusulullah SAW, bahkan dalam sebuah hadits dinyatakan (
Rusuluallah ) sangat dekat dengan mereka.Perhatian mereka sangat diutamakan,
sebagaimana tersebut dalam sebuah ayat :
ويسئلونك عن اليتمى قل اصلاح لهم خير وان
تخالطهـــم فاخوانكم
Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim
katakanlah ;
Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, jika
kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu”
( Al-Baqarah: 220 ).
Perkataan
"yahudldlu" yang diterjemahkan dengan "berjuang" di
sini mempunyai asal arti "menganjurkan dengan kuat". A. Hassan dalam
Al-Furqan, menerjemahkan perkataan itu dengan "menggemarkan,"
Departemen Agama menerjemahkan dengan "menganjurkan" sedangkan
Mahmud Yunus dalam tafsir Qur'an Karim menggunakan perkataan "menyuruh".
Dan Muhammad Asad, dalam The Message of the Qur'an, menerjemahkannya dalam
bahasa Inggeris dengan "feels no urge" (tidak merasakan adanya
dorongan), karena baginya perkataan "yahudldlu" mempunyai makna
"mendorong diri sendiri" (sebelum mendorong orang lain). Jadi,
perkataan "yahudldlu" menunjuk pada adanya komitmen batin yang
tinggi, yakni usaha mengangkat dan menolong nasib kaum miskin. Berarti bahwa
indikasi ketulusan dan kesejatian dalam beragama ialah adanya komitmen sosial
yang tinggi dan mendalam kepada orang bersangkutan.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan
dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Hindarilah tujuh
perkara yang membinasakan. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah SAW apakah
itu?” Rasulullah SAW bersabda: 1. Syirik, 2. Berbuat sihir, 3. Membunuh orang
yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar
(menurut ajaran agama), 4. Memakan riba, 5. Memakan harta anak yatim, 6.
Berpaling di waktu peperangan (bukan untuk bersiasat akan tetapi lantaran takut
kepada musuh), 7. menuduh zina kepada wanita mukmin yang sudah bersuami yang
tidak terlintas di hatinya untuk menjalankan kejelekan
Sholat
adalah ibadah yang paling utama yang diperintahkan dalam syareat islam.Dengan
melaksanakanya secara baik dan benar akan menimbulkan pengaruh positip yang
sangat besar dalam aspek kehidupan. Di akherat pun merupakan amaliah yang
paling utama yang memperoleh penilaian dan menjadi tolak ukur semua amal
perbuatan.
Allah berfirman :
اتل ما اوحى اليك من الكتاب واقم الصلاة ان
الصلوة تنهى عن الفخشاء والمنكر
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu alkitab
( al-qur’an ) dan dirikanlah sholat.sesungguhnya sholat itu mencegah dari
perbuatan –perbuatan keji dan mungkar. ( al-ankabut : 45 )
Selanjutya
Allah menegaskan bahwa ada sebagian orang yang melakukan amal kebaikan,
termasuk shalat, untuk memperlihatkan amalnya kepada manusia. Tindakan seperti
ini disebut riya’.Sikap riya’ adalah lawan dari ikhlas. Keikhlasan diperlukan
dalam setiap amal kebaikan agar memperoleh pahala yang sempurna dari Allah.
Yang diterjemahkan dengan "lupa" atau "lalai" dalam
firman itu ialah kata-kata yang dalam bahasa aslinya (Arab) "sahun".
Yang dimaksud dalam firman ini bukanlah mereka itu dikutuk Allah karena lupa
mengerjakan shalat yang disebabkan lupa, misalnya, terlalu sibuk bekerja. Sebab
lupa dan alpa serupa itu justru dimaafkan oleh Allah, tidak dikutuk.Tapi yang dimaksud dalam firman itu
ialah mereka yang menjalankan shalat itu lupa akan shalat mereka sendiri, dalam
arti bahwa shalat merekatidak mempunyai pengarah apa-apa kepada pendidikan
akhlaknya, sehingga mereka yang menjalankan shalat itudengan mereka yang tidak
menjalankannya sama saja. Apalagi jika lebih buruk!
Suatu hari, Sayyidah Fathimah as bertanya kepada Rasulullah
saw, “Yâ Abâtah, apa yang akan didapatkan oleh orang yang melecehkan shalatnya,
menganggap enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan?” Rasul
bersabda, “Hai Fathimah, barang siapa yang melecehkan shalatnya menganggap
enteng kepada shalatnya, baik laki-laki maupun perempuan, Tuhan akan
menyiksanya dengan lima belas perkara. Enam perkara di dunia, tiga pada saat ia
mati, tiga lagi pada waktu ia berada di kuburnya, dan tiga perkara pada Hari
Kiamat, ketika ia keluar dari kuburnya.”
Allah berfirman :
Maka datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang
meremehkan sholat dan menuruti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesaatan. Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal sholeh? (QS.
Maryam: 59-60)
Para ulama mengomentari ayat diatas dengan tafsirnya
yang terdapat dalam Ibnu Katsir sebagai berikut :
1. Muhammad bin Kaab Al Quraan Al Qurdly, dan Ibnu Zaid bim
Aslam dan Sady yang disebut meremehkan sholat
adalah Meninggalkan Sholat ( Tidak sholat )
2. Al Auz, Ibnu Maasud, Ibnu jarir, Ibnu Juraih meremehkan
sholat adalah meremehkan waktu
3. Al Hasan Al-Bashri, meremehkan sholat adalah meninggalkan
Masjid ( Tafsir Ibnu katsir 3 / 21 )
Kata Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu : Pengertian meninggalkan
sholat tidak berarti meninggalkan sholat itu sama sekali. Tetapi Said bin
Musayyib mengatakan : Orang itu tidak sholat Ashar, Dzuhur kecuali hingga
datangnya waktu maghrib, tidak sholat maghrib hingga datangnya waktu Isya dan
tidak sholat Isya hingga datangnya Fajar ( shubuh ).
Allah berfirman : Maka celakalah orang-orang yang sholat.
Yaitu orang-orang yang lalai dari sholatnya? ( Al-Maun : 4-5 )
Kata Saad bin Abi Waqosh: Aku telah bertanya kepada
Rasulullah tentang mereka yang melalaikan sholatnya, maka beliau menjawab
Yaitu Mengakhirkan waktu , yakni mengakhirkan waktu sholat.
D. Kesimpulan
Ilustarsi diatas, tentang pemahaman surat al-ma’un mengingatkan
kita betapa penting nilai yang dikandungnya untuk diamalkan dalam kehidupan
kita sehari-hari agar kita tidak terjebak kepada kelompok orang yang
mendustakan agama.diantara nilai-nilai penting yang terkandung ialah :
1. Allah SWt mengingatkan
agar kita tidak terjebak kedalam kelompok orang-orang munafiq yang cenderung
menyepelehkan agama.
2. Allah SWT menjelaskan
cirri-ciri oran yang mendustakan agama.
3. Allah SWT mencela
orang yang melakukan sholat yang tidak mau memahami dan menghayati esensi
sholatnya, yaitu orang yang sholat karena riya’
4. Allah SWT melaknat
orang kaya yang bersikap kikir, tidak mau membantu orang miskin dan tidak mau
mengeluarkan zakat.
Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, 4 jilid,
Riyadl, Maktabat al-Riyadl al-Haditsah, tt.,Jilid 3, hal. 46
No comments:
Post a Comment